HANA

AWALNYA, hari ini kumerasa sendirian, tanpa teman, tanpa sahabat, tanpa seorang yang mengerti keaadaanku. Menangis dan menangis, itu yang kulakukan tiap waktu. Menangis, Aku pun tak tahu kenapa harus airmata yang menjadi objekku selama ini, Ah... setetes airmata seolah menjadi segores lukaku yang menyeret hatiku. Luka?? Yah, luka, aku terluka, aku benar-benar terluka yang tak bisa ditebus oleh sebutir obat medis pun.

Aku bingung! Hari ini aku ingin menulis. Tapiii... Mau nulis apa Dinda? Ah! yang jelas aku hanya ingin menceritakan kegelisahanku atas kesedihan dan kecemasanku selama ini. Dan hari ini, rupanya bukan semata-mata hari biasa yang selalu membawaku ke gerbang kesedihan. Hari ini merupakan seberkas cahaya yang menyinari – hidup— dukaku dan duka Hana selama ini. Sosok perempuan manja dan tomboy yang telah lama kukenal. Secercah kebahagiaan telah datang setelah kulalui di situ

Sejak ia menelponku dengan sejuta ajakiannya, (ngajak nangis, ngajak teriak, gila-gilaan gak jelas) katanya, semua itu dilakukan untuk melepas duka.

* * *

Huh...!!bener... paginya kami berdua berangkat sekitar jam 10-an, berangkat dari rumahku ke Mahattoh Madrosah, lalu meluncur ke Ramsis. Di perjalanan kami berdua masih ngambang mau kemana? belum ada tujuan yang jelas. Yang penting, kami naik mobil aja. Di dalam mobil aku mulai beratanya pada Hana,

"Napa seh Han, kok suntuk banget? pake acara gila-gila-an lagi, emang Lo mau gila beneran apa??"

Hana mengehempas pelan, matanya lunak berpaling kepadaku.

"Dinda..., semalem Gw nelpon Andar maksud Gw, Gw pengen nelpon dia, secara Gw kangen banget ma dia, tapi dia kan gak punya HP, akhirnya gw telpon temennya. Nah, temannya itu bilang ke gw kalo dia gak lagi sama Andar, akhirnya dengan harapan hampa gw tutup telponnya sambil menghembuskan nafas panjang seolah tak kan terhenti... Terus, sepuluh menit kemudian Hp gw bunyi, ada SMS batin gw, dan gw langsung aja buka tuh SMS. Eh ternyata temennya Andar minta di telpon, ya udah tanpa basa-basi gw telpon deh,

"Haloo...ada apa kak? kok PCM?" kata gw dengan penasaran waktu itu,

Aku tersenyum, kuperhatikan Hana memetakan nada bicaranya.

"Loh tadi kan katanya mau ngomong ma Andar? ne aku lagi ma dia, mau ngomong gak?" katanya dari seberang, lalu spontan gw jawab, Mau kak,bisa minta tolong kasi telponya ke dia gak kak? akhirnya.....

Masih kuperhatikan Hana, kali ini mulai semangat dalam bercerita,

"Halo ini siapa yah" kata Andar di telpon dengan angkuhnya seolah-olah gak kenal ma gw, deg! gw sedih bro... masa dia gak kenal gw?! apa dia pura-pura gak kenal?shit... “

"ini Hana kak...." jawab gw perlahan sambil ngatur kata-kata yang belum pernah gw pikirkan sebelumnya,,

"Oooo.. Hana ya? sehat Han?" katanya tanpa dosa,

"Sehat kak..." jawab gw tanpa gairah,

“Han, kenapa seh ente nanya-nanya ana ma orang-orang?ada apa seh??"

Kini Hana menatapku lekat, memperaktekan gaya bicara Andar yang terlampau kecut. Aku mendengarnya, terus menyimak jalan ceritanya setajam mungkin. Aku sudah terbawa.

“Muka gw mendadak pucat pasi, darah gw rasanya berkumpul di otak, jantung gw juga gak mampu lagi mengerem kencangnya degupan yang teramat sangat. Ya Alloh... Dinda gw gak bisa ngomong apa-apa lagi, rasanya gw pengen banget loncat dari jendela kamar gw...”

"Emang beneran yah lo nanyain dia terus?"tanyaku memotong pembicaraanya,

"Ia.." jawabnya singkat, Hana membuang nafasnya, sejenak matanya berpaling ke arah jendela mobil.

"Tapi gw hanya nanya ama dua orang aja kok Dinda, gak lebih, dan itupun ama temen-temenya,"

Hana cemberut, kepalanya menunduk tanpa gairah. Merasa bersalah. Aku mengulum senyum melihat tingkahnya yang kekanak-kanakan itu,

"Han..., dulu Lo sering banget nasehatin gw tentang hal ini, kenapa seh Lo harus kalah ma cowok? sama dia? apa gak ada cowok yang lain?” Aku mulai berkomentar.

“Masih banyak kok Han..., kalo Lo hanya nyari ganteng, banyak kok yang lebih ganteng dari dia. Apa Lo akan menjual perasaan dan hati Lo hanya untuk cowok yang gak punya perasaan kayak dia? inget Han, semua apa yang menurut kita baik, belum tentu baik menurut Allah, dan apa yang menurut kita buruk belum tentu buruk menurut Allah..."ucapku menatapnya lekat. Aku berusaha dewasa

"Han..."sambungku mencoba untuk merangkul keluh kesahnya

"Sekarang kita harus memulai dari awal lagi, kita gak terlambat kok Han, biarkan masa lalu menjadi sejarah, karena saat ini adalah kenyataan yang harus kita hadapi, sehingga kita tetap berusaha untuk menggapai masa depan yang mistery. Perjalanan kita masih terlalu panjang, dan jangan kita nodai lagi langkah ini hanya dengan urusan yang gak jelas kayak gini..." diam-diam kelopak mataku terasa hangat, tak terasa ada cairan bening menetes tadi sudut mataku. Bayang-bayang gelap kembali berkembang, sejuta masalah kembali terkuak, aku terancam pulang selamanya lantaran masalah keluarga yang belum ada ujungnya,

Semoga diakhir ini aku bisa memberikan yang terbaik buatmu Han, lirihku dalam hati sambil memegang erat tangannya,

* * *

“Ramsis ya mama...”teriak sopir Tramco membuyar lamunanku,

"Ayyuah...”jawabku terkesiap dan mengambil langkah keluar, turun dari Tramko tadi aku dan Hana mencari tempat pengambilan uang terdekat, dan akhirnya menuju stasiun Metro Anfaq jurusan Giza,

"Kita beneran ke Nil bro?" tanyaku mengikuti langkahnya yang gusar

“Iya" jawabnya acuh.

Akhirnya Metro yang kita tunggu pun datang dengan bel lentang khas kereta api bawah tanah, para penumpang pun berhamburan masuk, termasuk aku dan Hana di dalamnya. Kami berdua terhimpit, sesak sekali, musim dingin yang sudah memang jatuhnya untuk mulai, tiba-tiba berubah menja di musim panas, dengan sekian banyak orang yang bergelantung, ada satu orang yang berbadan seperti raksasa,bergelantung laksana orang yang lagi angkat barbel,,,gila..gede banget,,,dua Mahattoh kita lewati, akhirnya sampai juga pada stasiun anwar sadat,dan kita pun turun dengan perasaan lega,

Menelusuri lorong kereta api bawah tanah untuk mencari EXIT sambil kebingungan,karna kita berdua tidak pernah datang ke sini sebelumnya tanpa Guide,tapi akhirnya ketemu juga tuh jalan keluar,

"Han… kita dimana? sungai Nilnya mana?" kataku penasaran,

"Mmm… tuh Tower-nya.."jawab Hana dengan senyuman khas miliknya, dia memang manis sekali apabila sedang tersenyum, persis senyumnya Monalisa dalam lukisannya Leonardo Da Vinci,

Akhirnya kita pun berlari mencari sungai Nil. Banyak mata memandang, dari polisi yang berbaju putih hingga polisi yang berbaju coklat ke hijau-hijauan, belum lagi orang-orang Mesir yang kebetulan lewat di sana, dan yang di mobil ketika hendak menyebrang jalan,

Duuh…aku rasanya udah ikut gila sama ni anak ketusku dalam hati sambil meng garuk-garuk kepala, singkat cerita kita tiba di sungai Nil dengan selamat, dengan alunan lagu yang ada di handphoneku kami berjalan menelusuri sungai Nil, terkadang kami komat kamit mengikuti lagu kadang juga kami ketawa-ketiwi gak jelas,.

Adzan dhuhur pun memanggil, kita mencari tempat yang tenang buat menghadap sang pencipta, setelah lama bertanya sama orang di sekitar, kami pun menemukan masjid terdekat, seusai shalat kita foto-foto narsis di areal masjid, kemudian kenalan dengan cewek Mesir yang baru saja dikhitbah,

"Nah … kebetulan Dinda" celetuk Hana menatapku nakal,

"Kebetulan apa Han?" jawabku bingung, Hana hanya tersenyum penuh optimis,

"Lausamahti…mumkin ana asla'l syai'?” Hana tiba-tiba menggunakan bahasa ammiyah menyeru orang Mesir tanpa mempedulikanku,

"Ayyuah faddol.." jawab cewek Mesir, akhirnya mereka pun berbicara dengan bahasa yang sulit untuk aku tuliskan, tapi intinya Hana minta masukan, kira-kira kado apa yang cocok untuk hadiah pernikahan, apalagi yang nikah itu adalah mantan pacar kita

Aku tertawa ngikik ketika Hana memecah suasana dengan isengnya.

Kemuadian orang Mesir itupun menjawab dengan sebisanya, katanya yaaa… sebatas halawiah, coklat dan makanan-makanan yang dihias-hias gitu, akhinya cewe Mesir itupun pamit dengan kata-kata terakhirnya "nanti kalo kamu butuh apa-apa hubungi saya, apapun itu ok" katanya sambil tersenyum,

"Oke" jawab kami serentak, dengan meninggalkan Sandwich Cewe Mesir itupun berlalu,

Kita keluar dari masjid dan berniat pergi ke Abbas a’ad untuk mencari makanan yang enak, katanya Hana sih makanan Australi gitu tapi gak tau ah… kami berdua kembali melewati sungai Nil menjelang pulang, dan ketika di pertengahan jembatan aku berteriak menghadap sungai nil "Haan…! Lo harus janji ma gw…gak akan lagi ada air mata buat cowok, Lo harus janji buat ngelupaen cowok-cowok Lo yang gak jelas itu, inget Han…masih banyak yang leih bermanfaat yang biasa Lo lakuin, gak hanya mikirin cowok," ucapku sambil teriak

"Iya Dinda, gw janji. gw gak akan lagi mikirin mereka," dia pun berteriak.

Lalu kita pun mengiat janji dengan menyilang jari kelingking " pokoknya kita gak boleh pacaran,kalo kita punya cowok yang kita suka,harus cerita " kita berkata serentak, "lo gak boleh punya pacar sebelum gw punya, dan gw juga gak boleh punya pacar sebelum lo punya," begitulah pejanjian kita diatas sungai Nil.

Setelah berjanji kitapun berjalan menuju Mahattah sambil ketawa lepas, " Ya Tuhan…lepas sudah beban ini… thanks for today Dinda…" kata Hana lirih, aku hanya tersenyum .

Di perjalanan pulang ke Abbas a'ad kami berdua membaca buku bareng yang judulnya "JAKARTA UNDERKOMPOR" dan kami senyam-senyum, sesekali diringin tawa lepas di dalam mobil, tak jarang orang-orang di sekelilingku menatap sinis, tapi ada juga yang mau nimbrung baca..hehehehe

Setelah tiba di Abbas a'ad kami langsung melangkah ke tempat tujuan, Restoran Australi, kami masuk dengan perasaan lega banget, kaki ini serasa sudah berbuah, gede banget. Aku bergumam dalam hati, seandainya di Restoran itu ada kasurnya, aku akan numpang tidur di sana beberapa menit, untung saja tidak ada, jadi aku bisa dengerin ocehannya Hana dengan khusu,

"Gw ingin menghapus kenangan dengan kenangan Dinda." Katanya sok puitis,

"Maksud Lo, Han?" aku mengerut tak mengerti perkataannya

“Gw akan menghapus kenangan gw dengan Kak Arif di sini, dengan cara menciptakan kenangan baru sama Lo.." katanya melanjutkan lantunan kata-katanya yang kayak puisi, seolah menjadi Khalil Gibran, dan kata-katanya seakan mengalahkan kata-kata Dr. Aidh al Qorni yang pernah kubaca.

"Oowh…"aku mengangguk pelan,

Kita pun makan dengan lahap, spageti yang disuguhkan banyak sekali, kalo gak habis pengen di bungkus aja buat temen-temen rumah, hehehe.

Nah setelah dari sana kita langsung pulang dengan perasaan lega, dan aku? aku cukup bisa melepasan bebanku hari ini, aku berjalan gontai menuju rumah, "Aku tidak akan melupakan hari ini" pikirku dalam hati, akhirnya kubelokkan niat ke warnet, dan menulis kejadian hari ini, selepas dari warnet aku pulang dengan keadaan yang sangat lelah, lalu ingin sekali tubuhku nanti kuhempaskan di atas ranjang dan tertidur pulas….


AKU BARU MENYADARI BETAPA PENTINGNYA SEORANG TEMAN,PENTINGNYA KEBERSAMAAN,DAN PENTINGNYA KASIH SAYANG, MAKASIH BANYAK HAN,,,KAMU UDAH BERUSAHA MENGAJARKAN AKU ARTI SEMUA INI,DAN SEMOGA HARI INI MEMBUAT KITA SEMAKIN DEKAT DI HARI2 BERIKUTNYA,DAN SEMOGA AKU BISA MENJADI SOSOK SAHABAT YANG KAMU INGINKAN… KITA AKAN BERJUANG BERSAMA,MESKI KADANG MASALAH YANG KITA HADAPI TIDAK SAMA,TAPI SETIDAKNYA KITA MENDAPATKAN KEBAHAGIAAN YANG SAMA,…AKU YANG BAHAGIA KETIKA ADA DI SAMPING KAMU,DAN KAMU YANG BAHAGIA KETIKA ADA DI SAMPING AKU…

THANKS TOO FOR TODAY,,,INI MERUPAKAN SALAH SATU KENANGAN TERINDAH YANG AKU PUNYA.

TETAP SEMANGAT HAN…KARNA TIDAK BANYAK ORANG SEPERTI KAMU, JANGAN PESIMIS, IF BEST IS POSSIBLE, GOOD IS NOT ENOUGHT.

MISS YOU…

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright © 2009 Martina Musfiani. All Rights Reserved